5 Nasehat Bisnis yang Tidak Lazim dari Para Entrepreneur

Ada banyak jalan menuju Roma, dan sepertinya begitu pula jalan menuju kesuksesan. Di artikel ini, saya ingin menyajikan 5 nasehat bisnis anti-mainstream yang mungkin bisa membongkar paradigma dan bahkan hidup anda.

1. Paul Graham – Y Combinator : Don’t Think Big

Kebanyakan motivator akan menyarankan untuk berpikir besar mengenai bisnis yang kita jalankan walaupun usaha itu masih kecil. Bahkan kita dianjurkan untuk memikirkan visi besar mengenai bagaimana bisnis kita kedepan nantinya. Tapi jika anda bertanya ke Paul Graham maka dia akan berkata sebaliknya. Paul melarang pengusaha untuk mengonstruksi masa depan, karena menurutnya sudah hampir pasti ‘blueprint masa depan perusahaan’ yang kita miliki sekarang akan berakhir dengan kesalahan.  Baginya lebih baik untuk memulai dengan suatu konsep yang dapat dijalankan, kemudian kembangkan, dan kembangkan lagi lebih maju. Paul mencontohkan bagaimana perusahaan seperti Facebook & Apple bermula dari sesuatu yang kecil. Pemikiran yang tidak lazim tapi didasari dengan logika yang masuk akal

Empirically, the way to do really big things seems to be to start with deceptively small things. The popular image of the visionary is someone with a clear view of the future, but empirically it may be better to have a blurry one”

2. Dave Goldberg – SurveyMonkey : Leave the office at 5:30

Kita pasti sudah banyak mendengar cerita dimana para pebisnis atau pimpinan perusahaan bekerja keras siang-malam untuk membangun usahanya. Bekerja lembur tiap hari sepertinya sudah menjadi aturan baku. Lain halnya dengan Dave Goldberg, CEO SurveyMonkey, yang selalu pulang kantor pada pukul 05.30 sore dan begitu pula dengan pegawai-pegawainya. Dave menyadari bagaimana pentingnya sebuah perusahaan memiliki budaya perusahaan dengan konsep “work-life balance”untuk merekrut dan juga mempertahankan pegawai-pegawai handal. Singkatnya, Dave Goldberg membuktikan bahwa anda bisa pulang on-time dari kantor dan tetap berhasil membangun bisnis yang bernilai milyaran dollar. Barangkali bos anda harus membaca ini.

“A family-friendly environment is part of our culture. That’s part of the people we attract. We don’t have kids staying up all night playing video games and sleeping in our conference rooms most of the time”

3. Elon Musk – PayPal : Seek Negative Feedback
Kecenderungan seorang pebisnis pemula adalah jatuh cinta dengan ide bisnisnya sendiri kemudian mencari teman atau kerabat yang mendukung idenya. Adapun kritikan mengenai ide bisnisnya akan diacuhkan.Elon Musk, Co-Founder SpaceX & PayPal,  memiliki pendapat sebaliknya. Menurutnya, setiap pebisnis justru harus mencari negative feedback, walaupun mereka cenderung mengabaikannya. Hal ini diperlukan untuk menguji seberapa matang konsep bisnis yang telah dirancang. Jika anda bisa mempertahankan konsep bisnis di depan para ‘penguji’ tersebut dengan baik maka itu adalah pertanda baik. Namun jika anda cenderung menyetujui kritikan terhadap bisnis anda, yang mungkin ada benarnya, maka ada baiknya untuk mendengarkan kritikan tersebut.

“Always seek negative feedback, even though it can be mentally painful. They won’t always be right, but I find the single biggest error people make is to ignore constructive, negative feedback”

4. Tim Ferriss – Author of The 4-Hour workweek : Don’t go all in with your business

Banyak mentor bisnis yang akan menyarankan  bahwa jika anda ingin fokus berbisnis maka anda harus resign dari pekerjaan anda. Dasar pemikiran yang dipakai adalah bahwa jika anda menjadikan bisnis anda hanya sebagai bisnis sampingan, maka penghasilannya pun akan ‘sampingan’. Anda harus memilih salah satu: entah anda mau menjadi karyawan atau menjai pengusaha.

Namun tidak demikian halnya menurut Tim Ferriss,  founder BrainQUICKEN dan penulis buku best-seller “The 4-Hour Workweek”. Dia membuktikan bahwa tidaklah mustahil membangun bisnis (BrainQUICKEN) walaupun adalah sedang bergelut dengan pekerjaan full-time. Kuncinya adalah otomatisasi sistem bisnis dan membangun bisnis pelan-pelan sampai anda bisa berpindah sepenuhnya.

“People tend to think it’s employee or entrepreneur, but there’s a broad spectrum and you can very slowly and methodically move from one end to the other”

5. Richard Branson – Virgin Group: Go with your gut

Sebelum memulai suatu bisnis, biasanya para pengusaha akan melakukan studi kelayakan bisnis dan berbagai macam kalkulasi  untuk  mengetahui apakah suatu bisnis menguntungkan atau tidak.  Bahkan Studi Kelayakan Bisnis sudah menjadi mata kuliah wajib di sekolah bisnis pada umumnya.

Uniknya,hal ini tidak berlaku bagi Richard Branson yang lebih mengedepankan ‘gut feeling’ atau apa yang dirasakan emosinya  tentang suatu bisnis. Richard yakin bahwa unsur ‘fun’ itu sangat penting dalam bisnis

“I never get the accountants in before I start up a business. It’s done on gut feeling. Engage your emotions at work. Your instincts and emotions are there to help you. They are there to make things easier. For me, business is a ‘gut feeling’, and if it ever ceased to be so, I think I would give it up tomorrow”

 My Opinion

Setiap orang memiliki cara & perspektif masing-masing untuk mencapai tujuannya termasuk membangun bisnis. Contohnya, Ada yang berpendapat  bahwa menyelesaikan kuliah adalah hal penting untuk membangun bisnis, tapi ada juga yang berpendapat bahwa yang lebih penting adalah action dan terjun langsung di bisnis itu. Faktanya, kedua cara tersebut bisa sama berhasilnya.  Bill Gates yang drop out dari kuliahnya bisa membangun Microsoft. Di lain sisi, Larry Page, salah satu pendiri Google, memiliki gelar Ph.D dalam bidang computer science.

Hal yang terpenting adalah mengetahui cara mana yang paling cocok dengan situasi diri kita. Satu hal yang wajib diingat , setiap bisnis pasti  memiliki unsur resiko di dalamnya.

Ciao!

disadur dari : http://goo.gl/gWTCzy

Proses Memilih Teman

Teman adalah hal yang  penting dalam hidup. Kita dilahirkan dengan memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi, sehingga pada dasarnya kebutuhan untuk mendapatkan teman dalam hidup tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan kita untuk  mendapatkan makan untuk bertahan hidup. Tapi bagaimana sebenarnya proses sosial yang terjadi ketika seseorang memilih temannya? Pada dasarnya proses ini melibatkan dua unsur yaitu ‘Penerimaan’  dan ‘Rasa Nyaman’

Unsur ‘Penerimaan’ ini sebenarnya sangat sederhana. Karena hanya berbicara mengenai apakah orang lain cukup terbuka untuk menerima kita sebagai temannya dan sebaliknya. Namun meskipun sederhana, rasa ‘diterima’ ini sangat berpengaruh dalam jiwa manusia.  Dengan merasa diterima, kita merasa ada tempat kita untuk ‘pulang’ atau yang sering juga kita sebut ‘sense of belonging’. Seseorang akan lebih mudah menerima orang asing sebagai teman ketika mereka memiliki kesamaan atribut ataupun kepentingan: berasal dari dari daerah/suku yang sama, lulus dari kampus yang sama, memiliki hobi yang sama, memiliki agama yang sama, atau bahkan membenci hal yang sama. Seperti halnya sebuah bangunan, pertemanan juga mesti memiliki suatu fondasi yang kokoh agar bisa terbangun dengan baik.

Unsur kedua adalah ‘rasa nyaman’ yang merupakan proses lebih lanjut setelah ‘penerimaan’ didapatkan. Rasa nyaman ini merupakan sebuah proses yang terdiri dari akumulasi interaksi kita dengan orang lain. Interaksi ini sendiri  merupakan pengalaman-pengalaman kita dalam bergaul dengan seorang teman yang dari situ kita bisa menilai latar belakang, karakter, dan kebiasaan-kebiasaannya. Untuk sederhananya kita sebut saja ketiga hal ini sebagai ‘Profil’. Dalam pergaulan, profil teman kita ini tentu akan berbenturan dengan profil pribadi kita. Hasilnya ada 2 macam: entah ini akan membentuk kolaborasi, which is good, atau membentuk konfrontasi. Jika hasil dari interaksi profil ini lebih banyak menghasilkan kolaborasi dibanding konfrontasi maka akan terciptalah suatu rasa nyaman. Sebaliknya jika yang lebih banyak terjadi adalah konfrontasi, maka kemungkinan besar yang terjadi adalah kita akan membatasi diri atau bahkan menarik diri dari bergaul dengan orang tersebut.

best friend quote

Now you have friends, congratulations. Tapi berapa sebenarnya jumlah teman maksimal yang bisa kita miliki? Well, secara matematis kita bisa mengenal banyak orang. Jika mengambil facebook sebagai contoh, ada orang yang memiliki 4000+ teman namun ada juga yang  hanya memiliki 100+ teman. Namun apakah angka-angka itu betul-betul mewakili jumlah yang teman kita miliki? Ternyata tidak!

Seorang Anthropologist yang berasal dari Inggris, Robin Dunbar, melakukan penelitian mengenai  jumlah social relationship/connection yang bisa kita handle dalam hidup kita dan ternyata angka yang keluar adalah 150 orang. Inilah yang menjadi alasan kenapa ‘Path’ membatasi jumlah teman kita sebanyak 150 orang. Supaya lebih jelas, berikut kutipan Robin Dunbar mengenai definisi social relationship:

“The figure of 150 seems to represent the maximum number of individuals with whom we can have a genuinely social relationship, the kind of relationship that goes with knowing who they are and how they relate to us”

Secara sederhananya, kita bisa saja mengenal ribuan orang, tetapi yang betul-betul bisa dikategorikan “akrab” hanyalah 150 orang. Setidaknya begitu menurut Robin Dunbar.

Definisi Introvert yang Sebenarnya

Introvert.

Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata introvert ?  apakah mungkin kita akan membayangkan seseorang yang pemalu, penyendiri, dan hanya sedikit berbicara? Jika ada orang yang beranggapan seperti itu maka dia tidak salah, tapi dia juga tidak sepenuhnya benar. Karena apa yang dipaparkan di atas hanyalah sebagian kecil dari unsur atau pengertian introvert yang sebenarnya, yang sayangnya digunakan kebanyakan orang untuk melabeli orang tertentu dengan sebutan introvert. Lalu apakah sebenarnya introvert itu?

Introvert pada dasarnya merujuk pada jenis kepribadian seseorang yang merupakan lawan dari ekstrovert. Jenis kepribadian introvert atau ekstrovert ini merujuk pada preferensi-preferensi yang dipilih oleh seseorang.  Sementara  preferensi – preferensi itu dipilih berdasarkan hal-hal yang terasa lebih nyaman untuk dilakukan atau dijalani. Dengan kata lain, kepribadian akan menentukan definisi kenyamanan. Nyaman bagi orang ekstrovert belum tentu nyaman bagi orang introvert.

introvert-extrovert-chart

Introvert adalah orang yang berorientasi  ke ‘dalam’ diri mereka sendiri (inward thinking). Mereka tertarik pada dunia ide, pemikiran, dan konsep sehingga orang-orang  introvert sangat menyukai suasana tenang untuk menyendiri untuk berpikir ataupun beraktivitas.  Sumber energi mental mereka berasal dari proses ‘menyendiri’ ini sehingga bagi orang yang tidak mengerti, orang introvert terkadang disalah artikan sebagai pribadi yang anti sosial dan tertutup. Ketika orang introvert bersosialisasi dengan banyak orang, maka ‘stock’ energi mental  mereka perlahan-lahan akan berkurang dan ketika itu terjadi, maka mereka akan ‘mengisi ulang’ dirinya dengan menyendiri.  Banyak pemikir, seniman atau orang—orang hebat yang merupakan orang introvert. Nama-nama seperti Albert Einstein, Abraham Lincoln, Steven Spielberg, sampai businessman sekelas Bill Gates adalah contoh notable orang-orang introvert yang sukses dalam pekerjaan mereka.

introvertIntrovert Perspective

Ekstrovert adalah orang-orang yang kepribadiannya sangat bertolak belakang dengan orang introvert karena mereka adalah orang-orang yang berorientasi ke ‘luar’ diri mereka (outward thinking).Ciri dari orang ekstrovert adalah outgoing, pandai bersosialisasi, dan senang mengobrol.  Jika orang introvert mengisi energinya dengan menyendiri, maka orang ekstrovert justru mendapatkan energi mentalnya dengan bersosialisasi dan bertemu orang banyak. Ketika mereka sendiri, mereka akan merasa tidak tenang karena itu akan ‘menghabiskan’ energi mereka. contoh orang ekstrovert yang terkenal adalah Soekarno, Guy Kawasaki, dan Larry King

ekstrovertExtrovert Perspective

Pada dasarnya, orang introvert juga suka bersosialisasi, namun mereka sudah merasa nyaman jika memiliki  1 atau 2 orang teman dekat karena bagi mereka yang terpenting bukanlah kuantitas teman yang  mereka miliki tetapi lebih kepada kualitas atau ‘kedalaman’ hubungan yang mereka bangun. Beda halnya dengan orang ekstrovert, mereka sangat senang bertemu dengan orang-orang baru dan membuat teman sebanyak mungkin karena justru hal inilah yang membuat mereka nyaman.

Dalam dunia kerja, orang introvert lebih cenderung bekerja secara sendiri atau dalam kelompok kecil yang tenang karena bagi mereka cara kerja seperti itu terasa kondusif. Adapun orang ekstrovert, mereka senang bekerja di posisi dimana mereka bisa berinteraksi dengan banyak orang. Tempatkan mereka di lingkungan sepi dan mereka akan merasa pekerjaan itu sangat tidak menyenangkan.

Lalu yang manakah yang lebih bagus, menjadi orang introvert atau ekstorvert ? sebenarnya pertanyaan ini sendiri tidak patut ditanyakan karena esensinya akan sama apabila kita mempertanyakan yang manakah  lebih bagus antara pria atau wanita. Keduanya berbeda tapi saling melengkapi. Sayangnya di dunia dimana publisitas dan narsisme di agung-agungkan seringkali orang ekstrovert cenderung mendapat apresiasi lebih dibandingkan orang introvert karena orang introvert biasanya lebih unggul dalam bersosialiasi sehingga mudah kelihatan ‘menonjol’ di mata orang lain

Pada dasarnya tidak ada orang yang 100% ekstrovert ataupun 100% introvert. Kita semua merupakan campuran dari unsur ini, hanya saja ada satu unsur yang mendominasi kepribadian kita yang memang sudah terbentuk dari ‘sananya’.   Pada sisi lain, ada juga orang yang bertipe Ambivert, yaitu orang yang memiliki kepribadian introvert dan ekstrovert yang seimbang atau 50-50, namun jumlah orang seperti ini sangat sedikit.

Pada akhirnya kita tidak perlu mempermasalahkan apakah kita introvert atau ekstrovert, tapi yang lebih penting adalah bagaimana mengembangkan potensi berdasarkan pengetahuan akan jenis kepribadian kita, karena setiap kepribadian tentu memiliki kelebihan dan juga kekurangan.contoh sederhananya, Orang introvert harus belajar  lebih membuka diri terhadap pergaulan baru dan dunia sosial. Sedangkan orang ekstrovert harus belajar menikmati waktu-waktu sendiri mereka.

So, what kind of person are you ? 🙂

Hari Senin Akan Menyenangkan Jika

Ada hal yang menarik ketika saya membuka recent updates BlackBerry pada hari Minggu kemarin, yang mungkin bisa kita temukan pula di timeline twitter. Hal itu adalah banyaknya orang yang mengeluhkan datangnya hari Senin setelah sempat ber-long weekend ria selama 3 hari. Hari Senin berarti waktunya masuk kerja lagi. Berarti secara sederhana, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa mereka mengeluh karena harus bekerja lagi. Pertanyaannya adalah: “Apakah bekerja adalah hal yang menjengkelkan?” , “Mengapa bekerja itu identik dengan kejenuhan?” , “Bisakah suatu pekerjaan terasa begitu menyenangkan sehingga kita justru tidak sabar menyambut Senin pagi?”

Mari kita bedah bersama dengan melihat konsep pekerjaan yang sebenarnya. Konsep ini sendiri dipaparkan secara lengkap oleh Rene Suhardono dalam bukunya” Your Job Is Not Your Career”. Buku ini sangat bagus untuk orang-orang yang ingin memahami arti karir sebenarnya. disini saya hanya menampilkan dan mengadopsi  seadanya saja.

Ok, back to topic. Apakah definisi pekerjaan itu?. Pekerjaan (Job) pada dasarnya adalah alat/instrumen milik perusahaan yang dihadirkan untuk menjalankan fungsi-fungsi organisasi guna mencapai tujuannya. So our first concept: A Job is a tool. Analoginya seperti ini: pekerjaan itu ibarat seperti obeng yang berguna untuk mengencangkan baut. Tapi obeng ini tidak bisa bergerak sendiri. Harus ada “operator” yang menggerakkannya. Pilihan untuk Operator itu sendiri hanya ada dua. Manusia atau Mesin. Jadi ketika kita memilih menjadi operator obeng tersebut, maka kencang-longgarnya baut tersebut otomatis menjadi tanggung jawab kita. Tapi tidak peduli semahir apapun kita memainkan obeng itu, obeng itu sendiri tidak akan pernah menjadi miliki kita, tapi sepenuhnya milik perusahaan. The job always belongs to the company, not yours.

Konsep kedua adalah adanya unsur “pertukaran” ketika kita mengambil suatu pekerjaan. Pertukaran mensyaratkan adanya barang ,baik yang sifatnya konkrit maupun abstrak, untuk ditukar. Dalam konteks pekerjaan, karyawan menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan pengalamannya untuk ditukarkan dengan kompensasi dari perusahaan berupa gaji, tunjangan, fasilitas dan benefit lainnya. Semua resource yang dimiliki karyawan ini (waktu,tenaga,dll), didedikasikan untuk menjalankan aktifitas-aktifitas organisasi yang tertuang dalam job description.

Lalu dimanakah awal munculnya kegelisahan dalam bekerja? Jawabannya ada pada aktivitas yang dikerjakan. Sebuah pekerjaan, apapun judulnya, mengandung kumpulan aktivitas-aktivitas. Ada yang menjadi aktivitas utama dan adapula yang menjadi aktivitas pelengkap yang menjadi tetek bengek. Satu contoh: Seorang Sales aktivitas utamanya adalah  menjual produknya, sedangkan aktivitas pelengkapnya adalah mengurus administrasi penjualan. Contoh lain: seorang tukang cukur aktivitas utamanya adalah menggunting rambut, sedangkan aktivitas pelengkapnya adalah membersihkan alat cukur dan tentu saja barber shopnya. Nah, ketika aktivitas utama dari suatu pekerjaan tidak bisa kita nikmati maka otomatis akan muncul kegelisahan. Gelisah karena sepanjang waktu kerja itu kita terpaksa mengerjakan sesuatu yang terus menguras mental. Dan kegelisahan ini bertahan selama 8 jam sehari dan 5 hari dalam seminggu sehingga wajarlah jika orang-orang begitu merindukan weekend dan membenci hari Senin. Beda halnya jika seseorang menyukai aktivitas pekerjaannya itu. Dia akan tenggelam dalam pekerjaannya sehingga bekerja tidak menjenuhkan tapi malah terasa menyenangkan. Orang-orang seperti ini tetap merasakan kelelahan karena bekerja, namun dalam kelelahannya dia bisa tetap bisa menikmati proses kerja dan merasakan kesenangan di dalamnya. Pada momen seperti inilah kita akhirnya bisa mengatakan bahwa Senin itu menyenangkan. Kutipan-kutipan dibawah ini menjadi representasinya.

 “Choose a job you love and you will never have to work a day in your life”

– Confucius –

 

“The minute you begin to do what you really want to do, it’s really a different kind of life”

Buckminster  Fuller –

 

“You never achieve success unless you like what you are doing”

– Dale Carnegie –

So, salah satu hal utama (yang menurut saya lebih penting dari gaji) dalam memilih pekerjaan yang sesuai  adalah dengan mengetahui aktivitas apa sebenarnya yang menjadi preferensi kita. Apa aktivitas kesukaan kita?  What’s your passion guys?  Good Bye!

One person with passion is better than forty people merely interested

– E.M.Forster –